Siapa
bilang bertransmigasi itu tidak memberikan penghidupan lebih baik salah
satu contoh para trasmigran yang sudah berhasil di pulau kalimantan ini
salah satunya di Kabupaten Bulungan memiliki 7 aliran sungai induk, 15
gunung dan 201 pulau besar dan kecil. Karena dikelilingi banyak
sungai, lahan pertanian di Kabupaten Bulungan merupakan lahan pertanian
basah.
Namun
demikian, lahan pertanian basah tersebut sangat subur dan cocok untuk
tanaman padi, sayur-sayuran (bawang merah, bawang daun, kubis, sawi,
kacang panjang, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, kangkung, jagung
dan bayam), maupun tanaman buah-buahan (pisang, rambutan, nangka dan
nanas).
Seperti
lahan pertanian basah di lokasi transmigrasi Satuan Pemukiman (SP) 2
Tanjung Buka yang ditempati sekitar 300 Kepala Keluarga asal Provinsi
DIY, Jateng dan Jawa Timur ini misalnya, saat ini warga baru menanam
padi, bawang merah, jagung, kacang panjang, kelapa, nangka dan rambutan.
Namun hasil panenannyapun tidak mengecewakan. Selain dikonsumsi sendiri, sebagian hasil panen dijual sebagai tabungan.
Bahkan
warga transmigran di SP 2 Tanjung Buka ini dapat dikatakan semuanya
berhasil memperbaiki taraf hidupnya. Keberhasilan merekka dapat dilihat
dari sejumlah perabotan yang dimiliki, mulai dari antenna parabola,
televisi, home theater sederhana, dan genset kolektif.
Menurut
salah satu transmigran asal Nglipar, Gunungkidul, Saimo, dirinya sejak
mengikuti transmigrasi pada akhir tahun 2006 bersama 5 Kepala Keluarga
lainnya dari Provinsi DIY, lahan garapannya seluas 2 hektar telah
beberapa kali panen padi, kelapa, nangka dan rambutan.
“Kulo
sampun pikantuk kalih hektar, kulo tanduri pantun, kelopo, nongko lan
rambutan. Hasilipun disade mawi angkutan perahu ketinting (kapal kayu
kecil bermesin temple). Hasilipun nggih tasih saget ditabung.
Alhamdulillah sedoyo sedulur-sedulur teng mriki sehat-sehat, makmur,”
kata Saimo,
Senada
dengan Saimo, Suminingsih yang juga asal Gunungkidul, telah merasakan
panen beberapa kali di lahan garapannya. Seperti transmigran lainnya,
ia datang ke SP 2 Tanjung Buka akhir tahun 2006 mengikuti orang tuanya
bertransmigrasi. Ia bahkan rela meninggalkan studinya yang tinggal
menyusun skripsi untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Kabar gadis lajang yang tinggal menyusun skripsi ini terdengar oleh
Pemkab Bulungan. Iapun disuruh pulang dan diberi waktu setahun untuk
menyelesaikan skripsinya. Setelah rampung dan diwisuda menjadi Sarjana
Pendidikan, Suminingsih kembali SP2 Tanjung Buka, dan oleh Pemkab
Bulungan langsung diangkat sebagai PNS Guru SMP di lokasi transmigran
setempat. Kini Suminingsih memiliki rumah dan lahan garapan seperti
transmigran lainnya.
Lain
lagi dengan Rudjito, transmigran asal Palur Wates, Kulonprogo, dari
hasil panen padi dan buah-buahan yang ditanamnya, Bapak dua anak ini
mengaku telah dua kali pulang kampung untuk mempengaruhi
saudara-saudaranya yang tidak punya lahan garapan supaya ikut
bertransmigrasi ke Kabupaten Bulungan. Karena selain subur, Bulungan
merupakan daerah yang ayem, tentrem dan kondusif.
“Saya
sudah pulang ke Jawa dua kali sehabis panen tahun lalu dan saya juga
mengajak warga yang ada di dusun saya agar bertransmigrasi agar hidup
lebih sejahtera daripada di sana hanya jadi buruh saja,” terang Rudjito.
Keberhasilan
warga transmigran di SP 2 Tanjung Buka, khususnya yang berasal dari
DIY juga diungkapkan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi DIY, Drs. Untung Sukaryadi, MM. Ia mengatakan, ikut
bertransmigrasi harus berhasil dan ada perubahan yang positif. Dengan
melihat sendiri keberhasilan warganya, maka akhir tahun 2012 ini
Disnakertrans Provinsi DIY akan memberangkatkan kembali 50 Kepala Keluarga
untuk mengisi lokasi transmigrasi SP 8 KTM Salim Batu yang lokasinya
tidak terlalu jauh dari SP 2 Tanjung Buka Kabupaten Bulungan.
Bahkan
kedepannya direncanakan akan mengirim lebih banyak lagi transmigran
sesuai kebutuhan dan permintaan Pemprov Kalimantan Timur dalam rangka
mendukung program Food Estate dan Rice Estate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar