Pengamanan
perbatasan ataupun pulau-pulau terluar khususnya di Kaltim tidak hanya
dilakukan penjagaan personil TNI. Namun bisa juga dilakukan dengan
strategi melalui program transmigrasi nelayan. Apalagi masih banyak
pulau terluar di Kaltim yang belum berpenghuni.
Gubernur
Kaltim Dr. H. Awang Faroek Ishak mengusulkan agar program transmigran tidak
hanya diarahkan bagi pengembangan kawasan baru di daratan namun juga
untuk kawasan pulau-pulau terluar. “Kita
kirim masyarakat nelayan untuk menempati pulau-pulau terluar itu
harus ada penghuninya. Tentunya yang paling cocok di sana adalah
nelayan yang kita programkan mereka dengan program transmigrasi,” ujar Awang
Menurutnya,
nantinya nelayan transmigran tersebut diberikan fasilitas yang sama
seperti layaknya transmigran lainya. “Mereka kita berikan fasilitas
bagan-bagan, rumahnya, perahu. Jadi seperti biaya transmigrasi mereka
ditempatkan disitu dengan memperhatikan kapasitas pulaunya. Misalnya 20 –
40 orang, jadi mereka dibiayai dulu seperti transmigranlah,”terangnya.
Meski
belum dapat sebutkan jumlahnya, kata Awang di Kaltim ini saja masih
banyak pulau-pulau terluar yang belum ada penghuni. “Saya kira banyak
di Kaltim pulau-pulau yang punya nama dan yang belum punya nama. Yang
belum ini kita beri nama,” ujarnya.
Sepengetahun
Awang usulan yang ia lontarkan yakni transmigran nelayan untuk pulau
terluar belum pernah dibuat programnya oleh pemerintah di kawasan
perbatasan. Selama ini lebih pada transmigran daratan.
“Kalau
yang alami itu, banyak dilakukan oleh orang-orang bugis yang sudah lama
ada disana. Jadi nantinya program transmigran nelayan ini bukannya
untuk orang yang tinggal dipulau Jawa dipindah tapi juga untuk provinsi
lainya,” tandasnya.
Peran
provinsi untuk sukseskan program transmigrasi bagi nelayan ini kata
Awang provinsi akan mensuport dan membantu seperti halnya pelaksanaan
transmigrasi yang sudah berjalan selama ini.
“Ini
baru usul dari saya silakan ini program ini kaji lebih jauh tapi saya
lihat ini bagian dari upaya jaga perbatasan dan pulau-pulau terluar
kita,” pungkasnya.
Indonesia
memiliki pengalaman pahit soal pulau terluar. Karena Malaysia berhasil
mencaplok pulau Sipadan dan Ligitan. Keberhasilan Malaysia mengambil dua
pulau terluar di Kaltim itu menjadi pelajaran.
Sebenarnya
konflik dengan Malaysia ini terjadi sejak tahun 1967 ini menjadi isu
nasional bahkan internasional yang akhirnya Indonesia sadar bahwa
pemberdayaan dan pengelolaan pulau terluar harus dilakukan secara serius
pasca lepasnya dua pulau itu pada 2002 setelah Mahkamah Internasional
memenangkan Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar