Program transmigrasi diyakini masih akan menjadi salah satu solusi
bagi penyelesaian permasalahan bangsa yang terasakan masih sangat pelik
hingga saat ini. Percepatan pembangunan Kaltim, salah satunya juga akan
coba dilakukan dengan dorongan pola transmigrasi baru dengan konsep yang
lebih ideal. “Harus diyakinkan, bahwa
pemindahan penduduk lewat pola transmigrasi ini bukan untuk membuat
mereka menjadi lebih sulit dan miskin. Bersama rakyat Kaltim mereka akan
menciptakan pertumbuhan ekonomi baru untuk mencapai kesejahteraan yang
lebih baik di masa depan,” demikian Gubernur Kaltim, DR. H. Awang Faroek
memberi penegasan pada satu kesempatan.
Program pembangunan transmigrasi adalah bagian integral dari pembangunan
nasional jangka panjang 2005-2025. Dari program ini diharapkan
tercipta Kalimantan Timur yang semakin berdaya saing secara ekonomi
dengan tujuan akhir adalah pembangunan dan kesejahteraan rakyat Kaltim
yang lebih merata dan berkeadilan.
Secara nasional, rencana strategis ini telah menjadi komitmen kabinet Indonesia Bersatu dalam program aksi 100 hari, program satu tahun dan program 5 tahun. Dari sini, dukungan diharapkan masing-masing lembaga pemerintah, baik di tingkat lembaga departemen/non departemen, hingga tingkat provinsi/kabupaten/kota.
Secara nasional, rencana strategis ini telah menjadi komitmen kabinet Indonesia Bersatu dalam program aksi 100 hari, program satu tahun dan program 5 tahun. Dari sini, dukungan diharapkan masing-masing lembaga pemerintah, baik di tingkat lembaga departemen/non departemen, hingga tingkat provinsi/kabupaten/kota.
“Kaltim adalah provinsi besar dengan potensi yang sangat besar pula.
Program transmigrasi dengan pengembangan kawasan terpadu menjadi model
yang kami yakini akan memberi manfaat sangat baik bagi perkembangan
Kaltim di masa depan,” kata Kepala Disnkakertrans Kaltim, Ir. H. Ichwansyah, MM
didampingi Sekretaris Disnakertrans Kaltim, Ir. Putut Pranomo, MSi.
Kaltim dengan luas wilayah 20,8 juta ha, tahun 2008 hanya berpenduduk
3,1 juta jiwa, tersebar di 10 kabupaten dan 4 kota. Angka ini
menunjukkan sebaran penduduk yang tidak merata dibandingkan dengan
potensi lahan yang bisa dikembangkan. Sebaliknya kepadatan penduduk di
pulau Jawa bahkan berada pada titik mengkhawatirkan, sementara lahan
garapan kian menyempit.
Karena itu, program transmigrasi terpadu dengan pola pengembangan
agribisnis yang digadang-gadang akan dikembangkan di Kaltim diyakini
akan memberi pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan dan
peningkatan pembangunan Kaltim pada fase-fase selanjutnya.
Program transmigrasi terpadu ini akan diarahkan untuk mendukung pembangunan kawasan secara nasional maupun regional dengan tujuan peningkatan dan percepatan pengembangan potensi wilayah melalui pengembangan ekonomi daerah, wilayah tertinggal, perbatasan dan permukiman, serta untuk juga menopang pembangunan perdesaan dan perkotaan.
Program transmigrasi terpadu ini akan diarahkan untuk mendukung pembangunan kawasan secara nasional maupun regional dengan tujuan peningkatan dan percepatan pengembangan potensi wilayah melalui pengembangan ekonomi daerah, wilayah tertinggal, perbatasan dan permukiman, serta untuk juga menopang pembangunan perdesaan dan perkotaan.
Keinginan ini pun sejalan dengan visi pembangunan Kaltim 2009 – 2013
pimpinan Gubernur Awang Faroek Ishak dan Wakil Gubernur Farid Wadjdy
yakni menjadikan Kaltim sebagai Pusat Agrobisnis dan Energi Terkemuka
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera yang kemudian disinergikan dengan
program-program prioritas Kaltim Bangkit 2013.
“Program transmigrasi ini akan memberikan kontribusi dalam rangka mewujudkan visi,misi dan sasaran prioritas pembangunan. Khususnya mendukung keberhasilan program pertanian dalam arti luas yang meliputi pertanian, tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan,” ungkap Awang Faroek.
1,1 Juta Ha untuk 41.062 KK Transmigran Baru
“Program transmigrasi ini akan memberikan kontribusi dalam rangka mewujudkan visi,misi dan sasaran prioritas pembangunan. Khususnya mendukung keberhasilan program pertanian dalam arti luas yang meliputi pertanian, tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan,” ungkap Awang Faroek.
1,1 Juta Ha untuk 41.062 KK Transmigran Baru
Ketika masih ada yang mencibir rencana pengembangan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy, Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak justru kian bersemangat mewujudkan gagasan fenomenal tersebut. Bukan hanya KIPI Maloy, berbagai upaya untuk memberi pemahaman kepada pemerintah pusat tentang pentingnya membangun Kaltim sebagai daerah sangat potensial di masa depan tidak henti-hentinya dilakukan Gubernur Awang Faroek dan seluruh jajarannya.
Mulai soal infrastruktur jalan dan jembatan, pasokan listrik,
pengembangan kawasan pedalaman dan daerah terpencil, pengembangan
kawasan industri pertanian, perikanan dan kelautan, perjuangan soal
pendidikan, hingga mendapatkan dukungan pusat bagi ketersediaan
pelabuhan laut dan ketersediaan sejumlah bandar udara internasional.
Inti dari segala perjuangan itu tidak lain adalah demi kesiapan Kaltim menghadapi era global, dan tentunya menuju kemanfaatan potensi Kaltim yang terhampar luas demi terciptanya masyarakat yang lebih baik, lebih sejahtera di masa depan.
Inti dari segala perjuangan itu tidak lain adalah demi kesiapan Kaltim menghadapi era global, dan tentunya menuju kemanfaatan potensi Kaltim yang terhampar luas demi terciptanya masyarakat yang lebih baik, lebih sejahtera di masa depan.
Titik terang dari respon pemerintah pusat kian benderang dalam
kerangka pembangunan Kaltim. Namun sangat disadari bahwa Kaltim tidak
akan lebih cepat berkembang tanpa dukungan masyarakat.
Pengembangan wilayah Kaltim yang demikian luas, memerlukan partisipasi nyata dari masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses yang diharapkan. Program transmigrasi yang akan dikemas lebih ideal dijamin akan menjadi bagian solusinya.
Pengembangan wilayah Kaltim yang demikian luas, memerlukan partisipasi nyata dari masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses yang diharapkan. Program transmigrasi yang akan dikemas lebih ideal dijamin akan menjadi bagian solusinya.
“Program transmigrasi kita sangat jelas. Sebagian besar pekerja yang
bekerja di perkebunan Malaysia adalah orang Indonesia. Mereka hanya
menjadi buruh. Tetapi di sini, mereka sekaligus akan menjadi pemilik
lahan perkebunan dengan luasan terbagi sekitar lima hectare perkepala
keluarga. Jika ditawarkan, mereka pasti akan memilih kembali ke
Indonesia, dan secara bersama-sama membantu membangun Kaltim. Ini akan
sangat luar biasa jika bisa segera kita wujudkan,” kata Gubernur Awang
Faroek dalam setiap kesempatan.
Lebih serius tentang program transmigrasi ini agar tidak salah arah, Pemprov Kaltim melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kaltim telah menyelenggarakan pertemuan yang dikemas dalam Forum Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) di Balikpapan minggu keempat November lalu.
Lebih serius tentang program transmigrasi ini agar tidak salah arah, Pemprov Kaltim melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kaltim telah menyelenggarakan pertemuan yang dikemas dalam Forum Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) di Balikpapan minggu keempat November lalu.
Forum itu menjadi demikian penting dengan kehadiran 150 peserta,
yang masing-masing berasal dari unsur Direktorat Jendral Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi (Ditjen P4Trans),
Ditjen P2MKT, camat, lurah/kepala desa se-Kaltim, Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) lintas sektor se- Kaltim, APINDO Kaltim sektor
perkebunan, pemerintah kabupaten dan Pemerintah Provinsi daerah asal
calon transmigran.
Forum KIE ini dianggap sangat penting dalam rangka mensinergikan
program pengembangan kawasan transmigrasi di provinsi Kaltim sejalan
dengan UU Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.
Poin utama yang diharapkan adalah bahwa program transmigrasi ini bisa
dilaksanakan sesuai harapan, tanpa lebih banyak faktor penghambatnya.
Oleh sebab itu, susunan awal rencana strategis program transmigrasi ini
harus menjadi bagian tidak terpisahkan dari semua kepentingan dan
keinginan semua lini, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten, kecamatan dan masyarakat kelurahan/desa.
Tujuan transmigrasi dan masyarakat kawasan yang nantinya akan terintegrasi , demikian pun pemerintah dan masyarakat daerah asal perlu dilibatkan dalam satu forum diskusi yang mereka sebut forum KIE.
Tujuan transmigrasi dan masyarakat kawasan yang nantinya akan terintegrasi , demikian pun pemerintah dan masyarakat daerah asal perlu dilibatkan dalam satu forum diskusi yang mereka sebut forum KIE.
“Mewujudkan program transmigrasi ini tidak semudah membalik telapak
tangan. Ada banyak hal yang harus dibicarakan lebih mendalam, menyangkut
kemanusiaan, legitimasi lahan, kepentingan sosial ekonomi serta budaya
dan adat istiadat. Tetapi yakinlah, dengan semangat bersama dan dengan
perhatian besar dari pak gubernur, kami yakin program transmigrasi
Kaltim berjalan lancar dan sukses,” kata Kepala Disnakertrans Kaltim,
Ir. H. Ichwansyah, MM didampingi Sekretaris Disnakertrans Kaltim, Ir. Putut
Pranomo, MSi.
Data Disnakertrans Kaltim menyebutkan, pelaksanaan penempatan transmigrasi mulai pra pelita (pembangunan lima tahun era orde baru) hingga 2008 tercatat sekitar 91.592 kepala keluarga (KK) atau 358.455 jiwa atau sekitar 11,5 persen dari jumlah penduduk Kaltim 2008 sebesar 3.117.932 jiwa.
Sasaran nasional 2010 – 2025 untuk pembangunan kawasan transmigrasi baru sebanyak 733 kawasan dengan luas lahan 18.794.000 hektar. Asumsi keluarga yang ditargetkan adalah 657.000 KK transmigran.
Data Disnakertrans Kaltim menyebutkan, pelaksanaan penempatan transmigrasi mulai pra pelita (pembangunan lima tahun era orde baru) hingga 2008 tercatat sekitar 91.592 kepala keluarga (KK) atau 358.455 jiwa atau sekitar 11,5 persen dari jumlah penduduk Kaltim 2008 sebesar 3.117.932 jiwa.
Sasaran nasional 2010 – 2025 untuk pembangunan kawasan transmigrasi baru sebanyak 733 kawasan dengan luas lahan 18.794.000 hektar. Asumsi keluarga yang ditargetkan adalah 657.000 KK transmigran.
Sementara itu di Kaltim, diasumsikan sekitar 45 kawasan baru dengan
luas lahan yang dibutuhkan sekitar 1.174.625 hektare. Sedangkan jumlah
keluarga transmigran yang bisa diserap berjumlah 41.062 KK.
Kehadiran para transmigran itu diharapkan bersinergi dengan program prioritas pembangunan Kaltim, pengembangan pertanian dalam arti luas. Maka tidak salah jika kemudian Gubernur Awang Faroek terus berjuang merealisasikan KIPI Maloy dan sarana-sarana pendukung lain di Kaltim agar bersinergi yang tepat dalam kaitan program kerakyatan lain.
KTM Maloy dan Transmigrasi Terpadu, Kolaborasi Masa Depan
Kehadiran para transmigran itu diharapkan bersinergi dengan program prioritas pembangunan Kaltim, pengembangan pertanian dalam arti luas. Maka tidak salah jika kemudian Gubernur Awang Faroek terus berjuang merealisasikan KIPI Maloy dan sarana-sarana pendukung lain di Kaltim agar bersinergi yang tepat dalam kaitan program kerakyatan lain.
KTM Maloy dan Transmigrasi Terpadu, Kolaborasi Masa Depan
Rencana pengembangan kawasan transmigrasi di Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki dimensi yang sangat erat dengan visi pembangunan Kaltim sebagai “Pusat Agrobisnis dan Energi Terkemuka Menuju Masyarakat yang Adil dan Sejahtera”. Program transmigrasi terpadu dengan pola pengembangan agribisnis diyakini akan mampu menopang keberhasilan pembangunan pertanian Kaltim dalam arti luas yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Melalui program transmigrasi terpadu, potensi Kaltim sebagai pusat
agribisnis sangat mungkin dicapai dengan mendorong peningkatan produksi
pertanian dan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan industri hasil
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Upaya ini
penting dilakukan agar pengelolaan sektor pertanian dalam arti luas juga
dapat memberi konstribusi yang signifikan dalam peningkatan pendapatan
daerah melalui program-program yang berfokus pada upaya peningkatan
ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis.
Dalam kaitan itu, Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak menginginkan
agar tahapan awal revitalisasi pembangunan transmigrasi di Kaltim,
percepatan pengembangannya dilakukan di beberapa kawasan, diantaranya di
sekitar rencana pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Maloy. Hal ini
terkait rencana pengembangan kawasan industri dan pelabuhan
internasional (KIPI) Maloy di Kutai Timur. Rencana ini sekaligus bentuk
nyata kolaborasi program pembangunan pertanian dalam arti luas,
revitalisasi transmigrasi dalam mendukung upaya pengembangan potensi
Maloy menjadi pusat kawasan industri dan pelabuhan internasional.
Sasaran yang sangat dekat dengan visi Kaltim sebagai pusat agribisnis
dan energi terkemuka menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.
KTM Maloy dipilih menjadi salah satu kawasan terpilih karena beberapa
pertimbangan. Satu diantaranya karena kawasan tersebut akan
dikembangkan menjadi kawasan industri pengolahan minyak sawit (Crude
Palm Oil). Maloy, diharapkan mampu memberi nilai tambah dari rencana
satu juta hektar sawit yang sudah dilakukan Pemprov Kaltim sejak
beberapa tahun lalu. Kawasan Maloy memiliki letak geografis yang
sangat strategis, berada di Lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II
(ALKI II) yang merupakan lintasan laut perdagangan internasional dan
berada di kawasan pusat ekonomi dunia masa depan (Pacific Rim).
“Pengembangan Maloy merupakan upaya percepatan pembangunan nasional
di bidang ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan mendorong
pembangunan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat. Program
transmigrasi yang dilakukan akan saling terkait dan saling melengkapi,”
kata Gubernur Awang Faroek dalam beberapa kali kesempatan.
Kawasan strategis yang perlu percepatan pembangunan dengan pola
transmigrasi adalah kawasan KTM lain seperti kawasan Simanggaris-Sebuku
di Kabupaten Nunukan. Kawasan tersebut berada di sepanjang garis
perbatasan dengan Negara tetangga Malaysia. Kawasan KTM lain yang juga
potensial dikembangkan dan terkait dengan fungsi ketahanan nasional
adalah pengembangan KTM di pulau Sebatik. Selain dimaksudkan membangun
kawasan perbatasan sebagai beranda terdepan Negara, pengembangan KTM
pesisir di Sebatik sangat terkait dengan kepentingan revitalisasi
perikanan Kaltim. Mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) di kawasan tersebut menjadi lebih berdaya saing sehingga mampu
mengelola manajemen dan menghasilkan produk-produk yang berdaya saing
dalam era pasar global.
Standar Kompetensi Transmigran
Untuk mendukung rencana strategis tersebut, Pemprov Kaltim pada masa kepemimpinan Gubernur Awang Faroek dan Wakil Gubernur Farid Wadjdy, tak ingin berspekulasi dengan program yang tak terencana. Salah satunya tentang kompetensi para calon transmigran yang akan mendukung program terpadu ini. Penetapan calon transmigran harus mengacu kepada keahlian/profesi yang dibutuhkan oleh daerah dan mempunyai keterampilan sesuai usaha yang akan dikembangkan dengan tingkat produktifitas yang memadai.
“Calon transmigran harus benar-benar orang yang berminat, bukan untuk
sekadar coba-coba. Kalau tidak betah lalu kembali ke daerah asal. Atau
tetap bertahan, tetapi hanya menjadi pengangguran. Ini justru akan
menjadi beban daerah penerima transmigran. Karena itu saya tegaskan hal
seperti ini tidak boleh terjadi di Kaltim,” tandas Awang Faroek.
Karena itu, dalam konsep transmigrasi terpadu para calon transmigran akan lebih dulu dilatih di Balai Latihan Kerja Indonesia (BLKI) Samarinda sebelum akhirnya dikirim ke daerah transmigrasi yang direncanakan. Dengan harapan para transmigran sudah cukup mendapat bekal pengetahuan dan benar-benar siap menjadi peserta transmigrasi tersebut.
Pemprov Kaltim juga mengusulkan kerjasama dengan jajaran TNI, khususnya untuk perkuatan program transmigrasi di kawasan perbatasan, yakni dengan menyertakan anggota TNI dan purnawirawan TNI dalam program transmigrasi di kawasan perbatasan. Untuk mendukung program transmigrasi terpadu ini, selain kerjasama dengan TNI, kerjasama juga akan melibatkan para professional di bidangnya masing-masing seperti tenaga guru, paramedis (perawat, bidan bahkan dokter) dan tenaga professional lainnya
Karena itu, dalam konsep transmigrasi terpadu para calon transmigran akan lebih dulu dilatih di Balai Latihan Kerja Indonesia (BLKI) Samarinda sebelum akhirnya dikirim ke daerah transmigrasi yang direncanakan. Dengan harapan para transmigran sudah cukup mendapat bekal pengetahuan dan benar-benar siap menjadi peserta transmigrasi tersebut.
Pemprov Kaltim juga mengusulkan kerjasama dengan jajaran TNI, khususnya untuk perkuatan program transmigrasi di kawasan perbatasan, yakni dengan menyertakan anggota TNI dan purnawirawan TNI dalam program transmigrasi di kawasan perbatasan. Untuk mendukung program transmigrasi terpadu ini, selain kerjasama dengan TNI, kerjasama juga akan melibatkan para professional di bidangnya masing-masing seperti tenaga guru, paramedis (perawat, bidan bahkan dokter) dan tenaga professional lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar